Sepi
Sepi, ya Allah, sepi karena ramai dunia ini.
Sepi, Ya Allah, sepi karena cintamu tak dapat kuraih.
Sepi karena kenyataan gagal membungkus keinginanku.
Sepi karena kehidupan adalah perjalanan panjang.
Sepi, ya Allah, sepi karena ramainya kehidupan.
Segala bahasa tumbuh mawar,
tapi tak berwarna dan harum.
Segala derita banjir ke selokan nasib,
tapi tubuh berdiam dan dihantam kebingungan.
Sepi, ya Allah, sepi karena masa lalu.
Sepi, ya Allah, sepi karena harapan.
Sepi, ya Allah, sepi karena lupa jalan pulang.
Sepi, ya Allah, sepi karena tak sanggup kuhindari keramaian ini.
Sepi, ya Allah, sepi karena kegagalanku mencintai semua ini.
Ciputat, 2021
Awalan
Inilah kenyataan,
udara kotor dengan gumpalan doa dan makian adalah perwujudan hidupku.
Inilah tubuhku:
Laut tanpa ikan dan sampah plastik menyertainya,
dan tangisan adalah lagu kesepian.
Inilah, inilah kesengsaraanku,
keramaian hidup adalah sepi.
Inilah awalan,
bahasa tanpa cinta,
tanpa makna di sekitar hidup,
dan entah kematian nantinya.
2022
Sekarang
Udara kehidupan melayang
ke dekat dinding gedung kota,
sekarang, tak ada yang lebih utama dari pergolakan hati:
memutari nasib dan waktu,
dan yang tak terlupakan oleh hidup adalah sengsara.
Kehidupan adalah bara api yang digenggam anak-anak,
dan mimpi malamnya hangus terbakar sepi.
Udara kehidupan pulang
ke tubuh masa depan yang membingungkan.
Dan, sekarang semua berputar,
menakutkan.
2019
Tubuhku Sobekan Sampah Plastik
Tubuhku dibuat dari sampah plastik.
Tubuhku meleleh di tempat sampah,
dipungut orang, ditendang ke jalanan,
ditenggelamkan hujan,
dihantam kesibukan kota.
Tubuhku didaur ulang sepekan lima kali.
Tubuhku digiring ke sisi laut.
Tubuhku dibakar pagi dan sore.
Tubuhku dibentuk menjadi baju plastik,
piring plastik, pohon, buah, dan bunga plastik.
Dan ketika sobekan tubuhku memadati segenap dunia manusia,
tubuhku jadi raksasa,
tubuhku dihina dan disingkirkan.
Karena tubuhku hanya sobekan sampah plastik,
hanya sampah
plastik.
2022
Setan
Setan
adalah langit gelap.
Setan menyelinap ke dalam malam,
merangkul hatiku.
Kemudian, pagi nanti, setan menggerakkan hidupku.
Ia menyuruhku mengelilingi hari ini, atau sekadar menentang matahari sampai senja.
Ia menggerakkan tubuhku,
menyuruhku memutari hari penuh waktu.
Dan, hari kembali gelap,
setan kembali menyelinap ke hatiku.
Tidurku dimimpikan hitam, gelap.
Dan, berulang-ulang setan di dalam tubuhku berjalan- jalan tanpa jeda, selamanya.
Ciputat, 2022
Ditulis oleh Ahmad Rizki. Kini menggelandang di Ciputat, Tangerang Selatan. Sibuk self-healing dan mendalami muara omong kosong di mana-mana. Beberapa tulisan omong kosongnya dan puisi-puisinya tersebar di beberapa media daring. Kumpulan puisinya yang telah terbit, Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021); Gelisah (Himpunan Sajak); Sajak Asbak. Informasi lebih lanjut dapat ditilik melalui Instagram ah_rzkiii
Editor : Pemulung Rasa