Kasidah Hijau
Malam telanjang
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
Ia datang padaku,
dan ia menegurku.
Kurasakan getar hasratnya.
Namun, aku makin menderita.
Aku mendongak,
dan perlahan kukatakan,
"Suatu saat itu pasti!"
Malam telanjang
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
Ia tampak marah
dan pastinya kecewa.
Namun, keadaanku
tak lebih menderita.
Ia mulai mendekatiku,
jarinya ringan seperti kapas,
matanya gelinding ke hatiku,
bibirnya utuh -sempurna.
"Kepastian kata-kata,
atau kata-kata yang dapat dipastikan,
itu sukar kuartikan.
Namun, aku memilih percaya,
tapi jangan buat aku kecewa!"
Ia katakan itu di kupingku,
dan pergi begitu saja.
Malam telanjang
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
"Tunggu saja! Keganjilan,
kepastian, keinginan,
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
dan ia menegurku.
Namun, aku makin menderita.
dan perlahan kukatakan,
"Suatu saat itu pasti!"
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
dan pastinya kecewa.
Namun, keadaanku
tak lebih menderita.
jarinya ringan seperti kapas,
matanya gelinding ke hatiku,
bibirnya utuh -sempurna.
atau kata-kata yang dapat dipastikan,
itu sukar kuartikan.
Namun, aku memilih percaya,
tapi jangan buat aku kecewa!"
dan pergi begitu saja.
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
kepastian, keinginan,
ah, atau semua itu
pasti datang padaku
suatu hari.
Dan kalau tidak,
aku sendiri yang menghampirinya."
Malam telanjang
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
"Tunggu saja di sana.
Sampai penderitaan ini
musnah selama-lamanya!"
Tak menoleh ia,
dan malam padam.
Pelan-pelan tubuhnya pudar
dari pandangan mataku.
pasti datang padaku
suatu hari.
Dan kalau tidak,
aku sendiri yang menghampirinya."
dalam euforia,
tapi hidupku
takut dan menderita.
Sampai penderitaan ini
musnah selama-lamanya!"
dan malam padam.
Pelan-pelan tubuhnya pudar
dari pandangan mataku.
Kasidah Hijau I
Orang bilang matahari siang bolongpasti mentereng,
tapi hatiku sepi dan ketakutan.
Terbata-bata aku hitung peristiwa
--dari masalah, biang masalah,
Aku tahu:
kata-kata mustahil cukup.
Tidak!
Air mata juga tak meredam dahaga.
Namuninilah nyata yang kurasa.
pasti mentereng,
tapi hatiku sepi dan ketakutan.
Danberhentilah sementara
di sini.
Kasidah Hijau II
Angin melambai-lambaidan daun bergoyang
riang gembira.
apakah kita resmi berpisah
tanpa membawa sejarah
dan masa depan yang kita idam-idamkan?
persis seperti penderitaan
dunia yang tak bawa cahaya,
aku tak mengerti
apa yang seharusnya kita pertaruhkan?
Atau penjara kehidupan yang memisahkan
dan memenjarakan kita berdua,
apakah harus benar-benar terjadi
pada hidup kita?
dan daun bergoyang
riang gembira.
hanya matamu, hanya penderitaanku,
hanya kenyataan
yang menukar duka dengan bahagia,
atau senang dengan sengsara,
sebelum akhirnya kenyataan mengembalikan posisi
dan hak pada tempatnya.
dan daun bergoyang
riang gembira.
Pasti kamu juga tak mengerti.
Mengapa dunia berlangsung
harus seperti ini?
Pasti kamu juga tak mengerti.
Mengapa air mata
lebih berguna
dari utopia atau mimpi?
Kau juga pasti tak mengerti!
Mengapa cinta
tak lebih berarti
dari derita abadi?
Kasidah Merah
Bulan merah.Pipimu merah.
Malam larut
dan tubuhmu berkerut.
di atas mimpi masa depan,
angin di jendela
melucuti keinginan dan keangkuhan,
lalu matamu dan mataku
saling menatap api penderitaan.
Cawat merah.
Pipimu merah.
Dan sepanjang malam
kami peluk segenap derita.
Kasidah Merah I
Seperdelapan nyanyiandi mulut penyair jadi karang,
dan bulan berkeliling di matanya.
cahaya dan gelap amat sesak
waktu meleleh,
bunga dalam harapan mekar sempurna,
itu berarti awal sebuah derita.
hanya punya derita,
napas dan ketakutan
melekat jadi udara,
entah indah atau celaka
tapi akhirnya
cinta tumbuh derita.
tak ada bedanya,
awal dan akhir
juga tak ada beda.
Derita itu cinta.
O, cinta sukar dipahami,
Kenyataan celaka
dan perihnya
lebih dari mati.
Puisi-puisi Ahmad Rizki lainnya:
Ditulis oleh Ahmad Rizki. Kini menetap di
Ciputat, Tangerang Selatan. Sibuk self-healing dan mendalami muara omong kosong
di mana-mana. Beberapa tulisan omong kosongnya termaktub di media daring. Buku
puisi yang terlanjur terbit, Sisa-Sisa Kesemrawutan; Gelisah (Himpunan Sajak);
Sajak Asbak. Informasi lebih lanjut dapat ditilik melalui Instagram ah_rzkiii.