Keutamaan dan Keindahan Islam | Kusumo |
“Bagaimana wujud kedamain batin? Apakah yang dimaksud
kedamaian dalam hati itu ketika diri hidup dilimpahi apa yang dikenal dengan kenyamanan
dan ketenangan? Ataukah kedamaian itu hanyalah sesuatu yang bersifat kesenangan belaka yang terbungkus dengan label bernama kekinian?”
Sebuah pertanyaan sederhana yang patut direnungkan
kembali untuk mengetahui apa sebenarnya kedamaian hati. Terlebih pada era
sekarang yang serba cepat, tak menentu, dan penuh dengan banjir bandang label -gaul, modernisme, dan kekinian.
Kekinian. Sebuah kata yang tentu sudah akrab bahkan bisa dikatakan karib dengan diri kita. Segala yang ada di balik kata kekinian makin hari makin terlihat, terdengar, dan terserap pun terasakan oleh indra, bahkan sampai ke dalam kalbu. Kekinian seringkali dijadikan wahana perlombaan untuk menunjukkan makna dari rasa senang atau bahagia dalam diri seseorang.
Terlebih
jika kekinian tersebut sudah dikawinkan dengan media sosial lantas berbuah
keviralan. Rasanya, kekinian yang diri hidupi dengan penuh totalitas berakhir kesenangan
yang paripurna.
Dalam pemikiran yang bersifat datar, seringkali kita
dihadapkan dalam dua hal. Pertama, kehidupan masa lalu yang sudah jelas riil.
Kedua, kehidupan masa depan yang belum pasti serta masih dalam khayalan. Semua
itu masih berpotensi terjadi dengan perjalanan diri manusia, baik yang terikat
oleh kekinian atau terlepas dari aktualisasi kekinian.
Keadaan kehidupan pada masa lalu pun masih memiliki
potensinya untuk berlanjut bahkan sampai ke masa mendatang. Sedangkan manusia -si
pelaku utama- diberikan kemerdekaan dalam menentukan pilihan. Ingin hidup di
dalam ruang kehidupan yang lebih baik atau lebih buruk di masa depan, semua
diawali dari dalam diri setiap orang. Semua memiliki pilihannya masing-masing.
Namun, hal yang harus diingat adalah bahwa pencapaian seseorang dalam memilih
kehidupan yang lebih baik tidak bisa terlepas dari ajaran agama. Dalam konteks
artikel ini yakni agama islam.
Abdul Mu’ti, sekretaris umum PP Muhammadiah, menuturkan
bahwa islam berkemajuan dalam perspektif Muhammadiyah diaktualisasikan dengan
dua hal. Pertama, islam sebagai agama yang berkemajuan (dinul hadlarah). Artinya, mengajarkan islam yang ajaran dan
nilai-nilainya mengandung dan mendorong kemajuan. Kedua, mengamalkan islam yang
berkemajuan untuk meraih kemajuan. Kedua hal tersebut merupakan bentuk dan
wujud dari keindahan islam yang selalu mendorong seorang muslim agar hidup
dalam kemajuan di dalam berbagai bidang kehidupan.
Keindahan islam merupakan suatu tema yang menjadi kabar
baik pun menyejukkan jiwa manusia yang sedang mencari solusi untuk ketenangan
jiwa atau kalbu. Bagaimana tidak, dengan berbekal pengetahuaan untuk
mempelajari keindahan islam, seorang muslim pastinya makin memahami keyakinan
atau agama yang dianutnya dan makin yakin dalam menjalankan atau menghidupi
keimananya dalam menjalani kehidupan ini.
Beberapa hal yang akan membuat seorang muslim makin
menyelami agama islam yakni bekal pemahaman atas keutamaan dan keindahan islam,
diantaranya yakni islam adalah agama seluruh nabi dan rasul; Islam, agama yang
diridai oleh Allah; Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya;
Islam, fitrah yang seluruh manusia terlahir di atasnya; Islam adalah agama yang
mudah; Islam adalah agama yang diperkokoh dengan bukti yang kuat; Islam adalah
agama yang dijaga dari perubahan; Islam adalah agama yang sempurna, syamil. Keutamaan dan keindahan islam
tersebut akan di bahas satu-persatu di bawah ini.
Islam adalah Agama Seluruh Nabi dan Rasul
Islam merupakan agama yang
memiliki fadilat –kemuliaan, keluhuran, dan keutamaan- yang tak terhingga.
Siapa pun yang menyelaminya akan menemukan keluasan dan kedalaman dari
keindahannya. Salah satu keutamaannya yakni islam merupakan agama seluruh nabi
dan rasul.
Islam secara syariat yakni
seperti yang termaktub, “al istislamu
lillahi bit tauhid wal inqiyaadu lahu bit too’ah wal barooatu minasyirki wa ahlihi.”
Artinya, “Menyerahkan diri kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada Allah
Subhanahuwata’ala dengan ketaatan kepada-Nya, serta berlepas diri dari
kesyirikan dan pelakunya.”
Sederhananya, hal di atas
menerangkan tiga hal. Pertama, berserahlah diri kepada Allah dengan cara hanya
beribadah kepada-Nya dan tidak kepada selain-Nya. Artinya, kita benar-benar
melakukan peribadatan dan segala bentuk penghambaan hanya kepada Allah,
seperti yang telah disampaikan pada QS. Al Ikhlas ayat 1-4.
Kedua, menundukkan ketaatan.
Artinya, seorang muslim menundukkan segala bentuk ketaatan kepada Allah
dengan melaksanakan segala ajaran Allah dan rasul-Nya. Ketiga, berlepas diri
dari syirik dan pelakunya. Artinya, jika seseorang sudah berserah diri hanya
kepada Allah dan tidak kepada yang lain, maka dirinya akan melepaskan segala
bentuk kesyirikan dan pelakunya.
Agama Islam inilah yang didakwahkan oleh seluruh nabi dan
rasul kepada umatnya, dari rasul yang pertama hingga diutusnya penutup para
nabi, yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perbedaan yang ada dari risalah nabi dan
rasul hanya pada ahkam (hukum-hukum
tata cara ibadah) yang memang Allah menetapkannya
berbeda sesuai dengan zaman dan keadaan setiap umat.
Dalam hadis Al-Bukhari nomor 3187, Rasulullah bersabda, “Para nabi adalah saudara dengan ibu-ibu
yang berbeda, tetapi agama mereka satu.”
Sederhananya, makna hadis ini, Rasulullah menjelaskan bahwa semua nabi dan rasul berada pada satu pokok agama, yaitu Islam dengan maknanya secara syar’i yakni menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya tunduk kepada Alah dengan ketaatan kepada-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku syirik.
Islam, Agama yang Diridhai oleh Allah
Di antara keindahan islam yang sangat mendasar, islam merupakan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Allah tidak
menerima dari seorang hamba selain Islam. Hal tersebut termaktub dalam QS. Ali ‘Imran
ayat 85 dengan terjemahan “Barang siapa mencari agama selain agama Islam,
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.”
Islam Mengeluarkan Manusia dari Kegelapan Menuju Cahaya
Keindahan Islam ini disaksikan oleh semua mata manusia
dan dibuktikan oleh sejarah kehidupan manusia. Islam mengeluarkan manusia dari
kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, mengeluarkan manusia dari kegelapan
kemaksiatan menuju cahaya ketaatan, serta kegelapan kebodohan menuju cahaya
ilmu.
Hal tersebut termaktub dalam QS. al-Baqarah: 257 ayat 257
dengan terjemahan “Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
Orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan
mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Sebelum diutusnya Rasulullah, umat manusia secara menyeluruh berada pada masa kejahiliyahan.
Mereka diperbudak oleh kesyirikan. Dunia pun gelap dipenuhi kezaliman dan
kerusakan.
Misalnya, pada masa itu kaum wanita benar-benar
dijatuhkan kedudukannya. Wanita dijadikan barang dagangan dan warisan, tidak
ada nilainya sedikit pun. Bahkan, manusia merasa malu jika dikaruniai anak
perempuan, sehingga mereka tega mengubur hidup-hidup anak perempuannya. Tragis.
Demikianlah kejahiliyahan melingkupi, hingga datang
cahaya islam mengeluarkan manusia dari kegelapan masa jahiliyah menuju cahaya
hidayah. Manusia lepas dari belenggu kesyirikan, hak-hak manusia terjaga,
termasuk kaum wanita, hak-hak mereka diangkat dan dihormati. Manusia pun
bersatu dalam ikatan islam dan berusaha menjauhkan diri dari kezaliman.
Islam, Fitrah yang Seluruh Manusia Terlahir di Atasnya
Di antara keindahannya, islam merupakan agama yang
manusia dilahirkan di atasnya. Inilah fitrah yang Allah tetapkan atas seluruh
manusia. Oleh karena itu, seluruh syariatnya mampu diterima oleh akal sehat
dan fitrah yang selamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
dan termaktub dalam HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra., “Semua bayi terlahir di atas fitrah, maka
kedua orangtuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Seperti halnya hewan ternak yang dilahirkan, apakah engkau dapatkan lahir dalam
keadaan terpotong (dicacati)?”
Fitrah yang dimaksud dalam hadis ini adalah islam,
sebagaimana diterangkan oleh riwayat lain dari sabda Rasulullah. Demikianlah,
manusia diciptakan di atas islam, di atas tauhid, meyakini Allah sebagai Rabbul ‘alamin, meyakini bahwa Dia
adalah satu-satunya yang berhak diibadahi. Karena Islam adalah fitrah yang
manusia terlahir di atasnya, semua ajaran islam adalah ajaran yang diterima
oleh fitrah manusia, menyucikan jiwa mereka, dan tidak memberatkan.
Islam adalah Agama yang Mudah
Di antara keindahannya, islam merupakan agama yang
mudah, tidak memberatkan sama sekali. Bahkan, siapa yang berpegang dengannya,
ia dapatkan semuanya dimudahkan oleh Allah. Akidah Islam adalah akidah yang
mudah karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia.
Demikian pula ibadah, muamalah, dan akhlak yang diajarkan
islam, semuanya mudah dan mendatangkan maslahat (kebaikan-kebaikan) dunia dan
akhirat. Keindahan islam berupa kemudahan ini ditunjukkan oleh dalil-dalil dari
al-kitab dan as-sunnah.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat- Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.” (Al-Maidah: 6)
“Allah
menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.”
(al-Baqarah: 185)
Islam adalah Agama yang Diperkokoh dengan Bukti yang Kuat
Islam adalah agama yang diperkuat oleh mukjizat,
bukti-bukti yang nyata, dan dalil-dalil yang terang. Setiap mata yang
menyaksikannya akan yakin bahwa islam adalah syariat yang datang dari Allah.
Dalam mendakwahkan islam, seluruh nabi dan rasul
diperkuat oleh Allah dengan bukti kebenaran dakwah mereka. Tentang Nabi Isa ‘alaihis
salam, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Rabb-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan
orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin
Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan
dirumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali 'Imran: 49)
Dalam sebuah hadis Muslim nomor 152 dari Abu Hurairah
ra, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada
seorang nabi pun, kecuali diberi mukjizat yang dengan semisal itu manusia beriman,
dan (di antara) mukjizat yang dianugerahkan kepadaku adalah wahyu yang Allah
wahyukan kepadaku, dan aku berharap menjadi nabi yang terbanyak pengikutnya di
hari kiamat.”
Sebagai rasul terakhir, beliau diberi mukjizat yang
sangat banyak dan beragam oleh Allah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, beliau berkata, “Perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh
termasuk ayat-ayat (mukjizat). Demikian pula akhlaknya, sabda-sabdanya,
perbuatan-perbuatannya, syariatnya, umatnya, dan karamah orang-orang saleh dari
umat beliau, semua itu termasuk ayat (mukjizat-mukjizat) beliau.”
Islam adalah Agama yang Dijaga dari Perubahan
Di antara keindahannya, agama islam merupakan agama
yang senantiasa dijaga oleh Allah hingga hari
kiamat. Penjagaan itu meliputi penjagaan sumber hukum islam yaitu al-qur’an dan
hadis. Allah juga terus menjaga keberadaan generasi yang
senantiasa mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabatnya.
Firman yang menunjukkan bahwa Allah menjaga al-qur’an dan as-sunah yaitu,
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr: 9)
Adapun penjagaan al-qur’an yang dijanjikan oleh Allah adalah
pemeliharaan lafadznya (huruf-hurufnya). Semua ayat al-qur’an diriwayatkan secara
mutawatir. Tidak ada satu lafadz pun dari al-qur’an yang dapat diubah oleh
manusia (dan jin) sebagaimana telah disinggung di atas.
Allah menjaga pula pemahaman al-qur’an dari penyimpangan,
yaitu dengan menjaga hadis-hadis Rasulullah yang berfungsi sebagai penjelas al-qur’an
atau sebagai penafsir al-qur’an. Di antara bentuk penjagaan Allah terhadap hadis-hadis
Rasulullah, Dia menyiapkan generasi ahli hadis yang gigih menjaga kemurnian hadis,
sejak zaman sahabat, tabi’in, atba’ut tabi’in, hingga generasi berikutnya.
Misalnya, al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i, al-Imam Ahmad bin Hanbal,
al-Bukhari, Muslim, dan ribuan ulama ahli hadis dari setiap generasi.
Dengan demikian, terjagalah kemurnian hadis Rasulullah.
Terpisahkanlah mana sabda Rasulullah yang sahih penyandarannya kepada beliau
dan mana yang tidak.
Islam adalah Agama yang Sempurna, Syamil
Seseorang yang melihat islam akan menyaksikan bahwa
segala yang dibutuhkan oleh manusia ada di dalamnya. Tidak ada satu perkara pun
yang dibutuhkan oleh manusia selain hal itu ada dalam al-qur’an dan as-sunah.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam an-Nahl
ayat 89, “Dan Kami turunkan kepadamu al-kitab (al-qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri”
Diriwayatkan dalam sebuah hadis, bahwa islam adalah agama
yang mengajari umatnya berbuat baik (ihsan). Bahkan, semua syariat islam adalah
ihsan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam adalah agama yang
dimenangkan oleh Allah.
Masih banyak keutamaan-keutamaan lain yang terkandung dalam dua wahyu, al-kitab dan as-sunah. Waktu dan ruang tidak memungkinkan untuk menyelami lebih dalam samudra keindahan dan keutamaan islam. Tentu karena segala limitasi dan atau keterbatasannya. Bahkan, seumur hidup kita sekalipun tidak mampu mengibaratkan keindahan dan keutamaan Islam.
*Referensi: Asysyariah; Muhammadiyah; Muslim Terkini; Islam Pos.
Ditulis oleh Kusumo. Kini tengah berjuang memaknai dan menikmati makna hidup. Tinggal dan mengabdi di pakuning tanah Jawa, Magelang.