Ode Buat Diri
dan pulang adalah kematian.
mengerang keras jadi propaganda,
suara mobil dan kelaparan
jadi seremonial di kepala manusia
di antara gedung-gedung Jakarta,
di bawah flyover dan lampu-lampu jalanan,
di sekitar lingkungan kota yang ganas,
yang dipetakan oleh pemerintah,
kehidupan diwarna benar-salah
dan kekecewaan tergeletak di
samudera jiwa manusia.
dan pulang adalah kematian
Tapi kegagalan?
dan pulang adalah kematian.
amatlah fana,
kata-kata hanya mengingatkan
kita pada batu-batu kematian
lalu dilupakan.
Tapi berulang-ulang kita
rayakan kemenangan fana
yang akhirnya juga kalah.
dan hati manusia meminta bagiannya
di sekitaran aspal-aspal retak
yang diiringi alunan azan subuh
dan menerbangkan bahaya ke langit
menembus pintu surga.
dan pulang adalah kematian.
doa-doa di sekitaran bibir kecut
yang paling pasrah.
Acap Kali
Acap kali kita mengenalnama-nama kehidupan
dan bentuk-bentuk lainnya,
denganneraka kesepian,
atau bara kesengsaraan,
dan tak sedikit
kita lupakan jatuh dan putus asa.
jurang neraka di jalan-jalan kehidupan
kemudian berbaring-baring
menatap mega-mega di langit kota
dan membisu dengan aroma
payah yang diulang-ulang.
Cara Menenangkan Pikiran dan Perasaan
Pikiran jangankau terombang-ambing
walau tsunami informasi
dan pengetahuan
datang menghancurkanmu.
jangan kau hancur
walau propaganda
membumihanguskan
hidupmu.
kau lelah dan keluh kesah
walau serangan bertubi-tubi
hampir membunuhmu.
putus asa
walau bencana kehidupan
mustahil dihindarkan.
perasaan
Janganlah
jangan kau mati dulu.
Tuhan Kesehatan
umat manusia
bersatulah dan kibarkanlah
bendera WHO,
katakanlah kepada umat manusia
--bahwa ini tangan Tuhan--
penawar rasa sakit sudah di temukan,
sudah dipersiapkan
segala (kemungkinan) kesehatan,
untuk kemaslahatan.
Namun,
ingat semua itu harus bayar,
harus segera dicatat sebagai
HUTANG.
Katakanlah Duhai
Musim Semi
: In Memoriam
Al-Khansa'
(1)katakanlah, duhai
musim semi,
inilah aku,
adalah al-Khansa'.
Akulah syair,
Akulah elegi.
meraba pasir dan kuping-kuping jahiliah,
al-Khansâ’ berkata:
"Seolah mataku dicelakai kebutaan".
Orang-orang melongo,
dan keindahan nempel dalam debu pasir itu.
Ia simpan estetika di kantong hatinya.
Kecantikan syairnya memancar ke debu pasir,
lalu sampailah ia di depan Nabi,
dan tersenyum,
dan dibacakannya beberapa syair
yang asyik dan menghidupkan.
katakanlah, duhai
musim semi,
inilah aku,
adalah al-Khansa'
Ketika berita Kematian
dikumandangkan Umar Bin Khatab,
tak ada cemas dalam jiwaku.
Hanya tenang dan kagum,
dan sesederhana ia berkata:
Ya Yazid anakku.
Ya Muawiyah anakku,
Ya Amr dan Amrah.
Qadisiyyah adalah kenikmatan.
Ya, Anakku.
Aku ingat panggilan itu,
ketika kau berangkat ke Medan Jihad,
Ibu hanya menitip senyum pasrah,
yang tak akan kutemui lagi
dalam sinar mentari pagi.
Duhai, tidurlah, tidurlah anakku.
Ketika peristiwa itu terlewat,
Ia pulang dengan rasa yang menggelora.
Bayang-bayang kemenangan berhamburan di depan wajahnya,
dan ia berkata:
"Aku ingin kau
mencintai-Nya dengan sempurna."
musim semi,
Akulah syair,
Akulah elegi,
Adalah al-Khansa'.
Puisi-puisi Ahmad Rizki lainnya:
- Sobekan Omong Kosong
- Malam Kematian dan Jika Semua Negara Angkat Senjata
- Jakarta, Anjani, dan Masa Depan
- Tubuhku Sobekan Sampah Plastik
- Sajak Cinta Paling Pesimis
- Seorang Gelandangan Di Pinggir Jalan Raya dan Sebuah Kado Pernikahan
- Ungkapan Cinta Menurut Seorang Pelukis
- Kasidah
Ditulis oleh Ahmad Rizki. Saat ini sibuk menggelandang, membersamai, dan menikmati hidup di sekitran Ciputat. Beberapa puisi omong kosongnya kebetulan termaktub di media daring dan cetak. Buku puisi yang terlanjur terbit, Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021) &Sebuah Omong Kosong Cinta Masa Remaja (2022). Informasi lebih lanjut dapat ditilik melalui Instagram ah_rzkiii.