Apa yang Terjadi pada Hati Kamu ketika Berhenti Minum Alkohol
Berhenti minum alkohol juga berdampak positif terhadap tidur, fungsi otak, dan tekanan darah.
Pormezz/shutterstock
Menurut mitologi Yunani, Zeus menghukum Prometheus karena memberikan api kepada manusia. Dia merantai Prometheus dan memasang seekor elang untuk memakan hatinya. Setiap malam, hatinya tumbuh kembali dan setiap hari, elang kembali untuk berpesta. Sebenarnya, bisakah hati tumbuh kembali?
Hati adalah organ dalam terbesar dalam tubuh manusia. Hal ini diperlukan untuk ratusan proses tubuh, termasuk memecah racun seperti alkohol.
Karena organ ini adalah organ pertama yang “melihat” alkohol yang telah diminum, tidak mengherankan jika organ ini paling rentan terhadap efek alkohol. Namun, organ lain, termasuk otak dan jantung, juga bisa rusak akibat penggunaan alkohol dalam jangka panjang.
Sebagai seorang spesialis hati, saya bertemu orang-orang dengan penyakit hati yang berhubungan dengan alkohol setiap hari. Ini adalah spektrum penyakit mulai dari penumpukan lemak di hati (fatty liver) hingga pembentukan bekas luka (sirosis) dan biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun hingga kerusakan tahap akhir.
Pada awalnya, alkohol membuat hati menjadi berlemak. Lemak ini menyebabkan hati meradang. Sebagai tanggapan, ia mencoba menyembuhkan dirinya sendiri, menghasilkan jaringan parut. Jika hal ini terus berlanjut, seluruh hati dapat menjadi jaringan parut dengan pulau-pulau kecil berisi hati yang “baik” di antaranya—sirosis.
Dalam tahap akhir sirosis, ketika fungsi hati tidak berfungsi, penderita dapat menjadi kuning (penyakit kuning), membengkak karena cairan, mengantuk, dan bingung. Ini serius dan bisa berakibat fatal.
Kebanyakan orang yang secara teratur minum alkohol lebih dari batas yang disarankan yaitu 14 unit alkohol per minggu (sekitar enam botol bir berkekuatan normal 4% ABV (alcohol by volume) atau sekitar enam gelas anggur rata-rata 175 ml dari 14% ABV akan memiliki lemak hati.
Penggunaan alkohol dalam jangka panjang dan berlebihan meningkatkan risiko timbulnya jaringan parut dan sirosis.