Ranting Zaitun dan Sepucuk Pistol
Mata dunia tercekat sepi
Rembulan mengintip ngeri
Yang ditunggu, musim semi
Sudah dirampas tak berperi
Ladang kurma, pucuk zaitun
Rekahan bunga serta delima
Dibakar tangan-tangan hitam
Di Yerusalem, maut adalah kawan
Entah akrab sampai kapan
Anak-anak penuh cita, harapan
Ditebas tengadahnya pada Tuhan
Sehingga bercecer dan menggenang
Membela kebun nenek moyang
Tetapi bau mereka terkenang
Intifadha, pejuang hidup-mati
Perwujudan sang gagah berani
Mewangi siang seperti kesturi
Walau terhembus bagai debu
Tapi tak jemu menggaharu
Pelita di relung para pemuda
Kafiyeh hitam-putih berkibar
Garuda Fatah menggelegar
Menerjuni medan tanpa senapan
Abu-abu perak bertabur
Sempurna jadi bunga tidur
Di malam yang panjang
Mimpi mereka mengawang
Bersenjatakan do'a meruang
Ingatlah, cinta akan menang
Menerjang segala wewangian
Dan lihat para tentara bersenpi
Yang di ufuk Barat, poros setan
Berdiri dengan kaki-tangan hitam
Katakan bahwa ialah durjana
Karna cinta kan temui jalannya
Cinta simpul matikan tenunnya
Segera rebut panggung miliknya
Baca juga beragam PUISI karya para penyair.
Selubung Gharqad
Wahai bengis!
Ya Zionis!
Kau rampas rumah dengan tragis
Kau bunuh harapan penuh tangis
Berteriak para jurnalis
Lalu membisu meringis
Katakan pada Netanyahu!
Di mana wajahmu?
Mana tanah asalmu?
Bukankah terbuang, menjadi nyalang?
Tidakkah lelah, berkilah dari sejarah?
Bintang itu saksi tak lengah!
Maka termaktublah!
Heidegger dan Hitler
Yang silam kau diburu susah payah
Tok...!
Palu diputuskan mematuk keadilan
Terbukti, regulasi penuh ambisi, alibi
Bersama Yahudi kau gemborkan tirani
Marka busuk para munafik Nasrani
Kau pandir hadirkan berita
Kau juga yang sumpal media
Anti terorisme-islam phobia
Air mata buaya, paling menderita
Kasak-kusuk tak masuk logika
Padahal gejolakmulah mempropaganda
Lembar kebohongan penuh drama
Ataukah kabaret di arus Teberau
Kau nyatakan perang tak ayalkan
Seantero raya lihatkan genosida
Mata dunia tak sepolos anak koala
Lantas, dimanakah?
Wahai Dewan Keamanan!
Yang bilangnya polisi lintas dunia
Klaimnya pejuang Hak Asasi Manusia
Karena punah sudah,
Musnah sudah,
Sekerat kemanusiaan dihinakan
Dihargai layaknya onggokan sampah
Baca juga ragam pemikiran dari para tokoh dan pemikir di rubrik HIBERNASI
Tuan Tanah
Langit menjelma merah saga
Peluru berkejaran di angkasa
Pasir bergumul dengan cara terburuknya
Jalan dan jejak langkah hilang dihembus
Maka hadirlah ia berterompah keberanian
Merekalah Bilal, dengan pekik kemenangan
Merekalah Al-Walid di guntur malam
Menerjang peradaban seperti Al-Fatih
Walau sempat ditenggelamkan, dibumi hanguskan
Mati? Tak peduli!
Mereka berkecambah
Bertambah, berjirahkan aqidah
Jiwa menggelora, tak payah
Berdirilah ia menantang badai
Dibombardir granat tak jemu-jemu
Meski mulut berhamburan abu
Dan digempur beribu bau mesiu
Tidak gentarkan jua jalan juangmu
Inilah tuan tanah, Palestina
Bumi syuhada, panji suci
Berkorban jiwa, berkobar api
Gemuruh di bumi para Nabi
Musim tanah bersemadi
Saksi angkara muka bumi
Teriakkan gaung kebenaran!
Tunggulah, hari pembuktian
Pasti datang menghampiri
Baca juga beragam artikel yang membahas terntang perempuan, kesetaraan gender, dan feminisme di rubrik PUAN
Ditulis oleh Mutia Alfi. Penyuka ice cream coklat ini masih menghamburkan diri pada buku-buku bacaan yang menenggelamkannya di senja lereng Ciremai, Kuningan.
Editor: Pemulung Rasa