T. Schneider/shutterstock |
Di dunia akademis, publikasi adalah salah satu indikator kunci dari kinerja dan reputasi ilmuwan. Sebab, publikasi untuk mengomunikasikan penemuan, memperluas pemahaman, dan memajukan pengetahuan di bidang mereka.
Namun, publikasi menghadapi tantangan dengan maraknya jurnal predator, yang fokus utamanya adalah profitabilitas. Jurnal-jurnal ini umumnya menawarkan janji cepat publikasi sehingga sering menyesatkan peneliti, teruama di negara-negara berkembang.
Jurnal predator cenderung tidak melalui proses peer review (tinjauan sejawat) yang ketat, sering meminta biaya publikasi tinggi tanpa jaminan kualitas, dan menggunakan taktik pemasaran agresif untuk menarik penulis. Mereka juga dapat mencatut nama akademisi atau menggunakan nama jurnal terkemuka tanpa izin untuk meningkatkan kredibilitas palsu.
Dalam dunia akademis yang semakin kompetitif, penting bagi para ilmuwan untuk mengenali dan menghindari jurnal-jurnal semacam ini agar reputasi dan integritas ilmiah penulisnya terjaga.
Berdasarkan observasi penulis, berikut cara-cara menentukan kualitas jurnal ilmiah:
1. Kenali Struktur Editorial
Langkah awal yang vital dalam menilai kredibilitas jurnal ilmiah adalah memeriksa komposisi struktur editorialnya. Pemimpin redaksi haruslah seorang peneliti yang aktif dan memiliki reputasi yang kuat dalam disiplin ilmunya, karena mereka memiliki tanggung jawab terakhir atas konten yang diterbitkan.
Dewan editor juga harus terdiri dari para akademisi yang aktif, dikenal, dan dihormati, karena mereka berperan dalam memandu arah editorial jurnal dan memastikan standar keilmuan yang tinggi.
Beberapa indikator kompetensi, kredibilitas, dan dampak dari pemimpin redaksi dan dewan editor adalah riset mereka sudah dipublikasikan di jurnal terkemuka, mereka juga sering menyampaikan riset-riset mereka di forum ilmiah dan profesional.
Sebagai contoh, akademisi yang risetnya berkaitan dengan machine learning sepakat bahwa Journal of Maachine Learning Research pemimpin redaksi dan dewan editor yang dihormati dan dikenal luas di disiplin ilmu tersebut.
Sementara dari segi penerbit, pilih lembaga penerbitan komersial yang sudah mapan seperti Elsevier, Emerald, dan Taylor and Francis; asosiasi profesi yang diakui seperti The Association of Computing Machinery, The Association for Information Systems, The Institute of Electrical and Electronics Engineers, dan The Amercian Accounting Association, atau lembaga penerbitan universitas terkemuka seperti Oxford University Press dan Cambridge University Press.
Ketika penerbit atau editor terkait dengan institusi atau organisasi yang memiliki reputasi tinggi, ini menambah lapisan validitas dan integritas dari jurnal tersebut.
Baca juga Mengatasi Ketimpangan Gender di Pendidikan Tinggi: Perlu Fasilitas Fisik Sadar Gender
2. Cek Kualitas Kontributor dan Konten
Faktor penting berikutnya adalah kualitas kontributor dan konten yang mereka publikasikan. Jurnal yang berkualitas tinggi biasanya menyajikan artikel dari para peneliti terkemuka yang terafiliasi di universitas atau institusi riset tepercaya, dan dievaluasi oleh tim ilmuwan dari berbagai negara.
Di Eropa, misalnya, Chartered Association of Business Schools memiliki metodologi khusus untuk menilai kualitas jurnal. Demikian pula dengan Australian Business Deans Council di Australia.
Informasi mengenai penulis dapat ditemukan di halaman artikel yang mencantumkan afiliasi akademis dan riwayat penelitian penulis. Melalui informasi ini, kita bisa menelusuri rekam jejak mereka, sehingga kita bisa membaca beberapa artikel yang sudah dipublikasikan di jurnal tersebut sebelum mengirimkan artikel kita sendiri.
Konten yang dipublikasikan juga harus mencerminkan inovasi dan relevansi dengan perkembangan terkini dalam bidang tersebut. Selain itu, metodologi yang digunakan dalam riset harus transparan, sesuai dengan standar ilmiah yang diterima dan berlaku umum di masing-masing disiplin ilmu.
Baca juga ragam karya di rubrik HIBERNASI dan SENGGANG
Sebagai contoh, metode eksperimen memiliki standar yang berbeda di ilmu fisika dan ilmu psikologi karena subyek eksperimennya berbeda.
Kualitas kontributor dan ketajaman analisis dalam artikel yang diterbitkan menunjukkan dedikasi jurnal tersebut terhadap kemajuan ilmiah dan inovasi. Jurnal yang berkualitas tidak hanya mencerminkan tren saat ini tetapi juga mendorong eksplorasi pengetahuan mendatang dan mengedepankan penelitian yang transformatif.
Sebagai contoh, Nature merupakan salah satu jurnal yang memiliki reputasi tinggi untuk bidang sains dan teknologi. Di bidang sistem informasi, jurnal-jurnal di bawah naungan The Association for Information Systems juga memiliki karakteristik jurnal berkualitas. Sementara di domain kesehatan, The Lancet merupakan salah satu jurnal yang dihormati, dan memiliki dampak yang luas.
Baca juga Kartini adalah Jalan Kesetaraan Gender
3. Pastikan Area Spesialisasinya Fokus dan Spesifik
Jurnal akademis berkualitas biasanya ditandai dengan fokus yang tajam pada area tematik tertentu atau menunjukkan keahlian dalam beberapa disiplin yang saling terkait. Dengan mengkhususkan diri pada topik yang spesifik, jurnal ini mampu memberikan analisis yang lebih mendalam mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan mempertahankan standar ilmiah yang tinggi.
Sebaliknya, jurnal yang menerima berbagai topik tanpa batasan yang jelas sering kali kurang dalam hal kedalaman penelaahan dan bisa mencerminkan kekurangan dalam fokus akademis.
Contohnya jurnal bernama International Journal of Current Research. Dengan nama jurnal seperti ini, mereka menerima berbagai macam artikel dari disiplin ilmu seperti teknik, psikologi, dan ilmu komputer, sehingga kurang spesifik.
Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk menargetkan jurnal yang konsisten dengan disiplin dan area keahlian mereka, karena ini meningkatkan relevansi dan dampak penelitian mereka.
Baca juga Artificial Intellegence dan Masa Depan Umat Manusia
4. Jangan Terjebak Indeks
Indeks jurnal—daftar jurnal ilmiah yang mencatat informasi penting seperti judul, penulis, tanggal penerbitan, dan subjek—bukan tolok ukur satu-satunya. Sebagai contoh, indeks Scopus adalah salah satu database terbesar di dunia yang mencakup literatur ilmiah multidisiplin.
Tak hanya menyediakan informasi tentang artikel jurnal, konferensi ilmiah, dan buku dari berbagai bidang, Scopus juga menyediakan metrik kinerja jurnal dan penulis.
Indeks Scopus yang sering dianggap sebagai acuan utama, ternyata tak luput dari kehadiran jurnal predator. Kehadiran jurnal predator di Scopus menggarisbawahi pentingnya kejelian dalam memilih jurnal untuk publikasi. Alih-alih terpaku pada label Scopus, coba lihat lebih dalam lagi soal kredibilitas dan spesialisasi jurnal tersebut.
Setiap bidang ilmu memiliki jurnal unggulannya. Misalnya, dalam ekonomi, bisnis, dan manajemen, daftar dari Financial times 50 yang berisi jurnal-jurnal bereputasi internasional menjadi rujukan di banyak universitas di dunia.
Baca juga Pergulatan di Kurusetra
Di Amerika Serikat (AS), beberapa fakultas ekonomika dan bisnis mengacu pada daftar jurnal University of Texas (UT) at Dallas yang terkenal ketat dalam pemilihan jurnal berkualitas.
Sementara universitas di Australia terutama untuk bidang-bidang yang terkait dengan bisnis sering mengacu pada Australian Business Deans’ Council yang mengategorikan jurnal dari yang terbaik hingga standar. Di Eropa, fakultas ekonomika dan bisnis mengandalkan daftar yang disusun oleh Chartered Association of Business Schools.
Untuk akuntansi, publikasi utama bisa ditemukan dalam jurnal yang dikelola oleh The American Accounting Association, Accounting and Finance Association of Australia and New Zeland, dan The British Accounting and Finance Association.
Dalam disiplin sistem/teknologi informasi, jurnal-jurnal yang berada di bawah naungan The Association for Computing Machinery, The Institute of Electrical and Electronics Engineers, The Association of Information System, dan INFORMS information System Society menawarkan wawasan yang dalam dan terpercaya. Di bidang psikologi, American Psychological Association menaungi beberapa jurnal paling berpengaruh di dunia.
Baca juga Membunuh Keakuan, Jalan Menemukan Makna
5. Amati Proses Telaahnya
Di tengah maraknya jurnal-jurnal predator yang lebih mengutamakan keuntungan daripada integritas akademis, penting bagi para akademisi untuk memahami perbedaan mendasar antara proses tinjauan (review) yang kredibel dan yang tidak. Jurnal predator sering kali menawarkan jalur cepat menuju publikasi, memikat dengan janji ‘fast track review’, ‘quick review’, atau bahkan ‘immediate acceptance’. Namun, proses review yang benar dan valid tidaklah instan.
Waktu yang diperlukan dan jumlah review ini emmang berbeda-beda di tiap bidang ilmu. Dari pengamatan penulis, riset-riset empiris biasanya memerlukan waktu antara tiga bulan hingga satu tahun untuk proses review standar dari sejak artikel dikirimkan hingga publikasi.
Skenario yang perlu diwaspadai juga adalah permintaan pembayaran dari penulis sebagai syarat penerimaan artikel. Praktik ini biasanya tidak diterapkan oleh jurnal-jurnal bereputasi kecuali dalam konteks open access. Pembayaran publikasi open access biasanya ditanggung oleh peneliti atau institusi mereka.
Biaya ini mencakup proses editorial, peer review, produksi, dan distribusi artikel agar dapat diakses secara bebas oleh siapapun.
Baca juga beragam karya sastra di rubrik TETES EMBUN
6. Pastikan Kualitas Produksi dan Tata Bahasanya
Selain konten, aspek visual dan editorial jurnal juga memegang peranan penting dalam menentukan kualitasnya. Jurnal yang berkualitas tinggi menampilkan desain yang profesional dan navigasi yang memudahkan pembaca untuk menemukan informasi yang relevan dengan cepat dan efisien. Contohnya, Nature selalu memberikan ilustrasi dan ikhtisar ayng memudahkan pembaca menghadapi konsep yang rumit.
Tata letak yang baik juga meningkatkan keterbacaan dan memfasilitasi pengalaman pengguna yang lebih baik. Pentingnya kualitas bahasa tidak bisa diabaikan. Artikel yang ditulis dengan bahasa Inggris yang baik, bebas dari kesalahan eja dan cetak, dan memiliki konsistensi gaya penulisan menunjukkan kepedulian terhadap standar editorial yang tinggi.
Kesalahan dalam tata bahasa atau cetak sering kali mengurangi kredibilitas publikasi dan dapat memengaruhi persepsi pembaca terhadap kualitas isi artikel.
Baca juga 3 Alasan Pendidikan di Indonesia Belum Berhasil Memerdekakan Manusia
Ditulis oleh Arif Perdana, Associate Professor Digital Strategy and Data Science, Monash University.
Artikel ini tayang di salik.id berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation.